Beranda EKONOMI BOB PT BSP-Pertamina Terancam Gulung Tikar

BOB PT BSP-Pertamina Terancam Gulung Tikar

603
BOB PT BSP Pertamina Hulu terancam gulung tikar
Print Friendly, PDF & Email

Biaya Operasional Tinggi, Harga Minyak Anjlok

DAYUN (Publiknews) – Kondisi keuangan Badan Operasi Bersama, BSP – Petamina Hulu saat ini semakin memperihatinkan, perusahaan BUMD ini terancam gulung tikar akibat anjloknya harga minyak dunia, sedangkan nilai jual hasil produksi tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk memompa minyak dari perut bumi.

Salah satunya dipicu dengan biaya tinggi yang mesti dikeluarkan dalam operasional pembangkit listrik. Pengeluaran pun semakin membengkak, karena untuk memompa minyak membutuhkan energi listrik yang besar, yang mana listrik tersebut dihasilkan dari Power Plan yang dibangun BOB sejak tahun 2014 lalu, sesuai perencanaan power plan itu dioperasikan menggunakan bahan bakar gas, namun karena gas yang dibutuhkan tidak tercukupi, akibatnya 3 dari 5 mesin pembangkit litrik yang dibangun terpaksa dioperasikan menggunakan bahan bakar minyak jenis solar.

Rencana awal power plan ini dibangun untuk kemandirian BOB, karena sebelumnya BOB membeli listrik dari PT. Chevron Pacifik (CPI) Indonesia, namun kenyataan yang ada pengeluaran produksi listrik lebih besar dibanding harga beli listrik dari CPI.

Baca Juga:  Aturan Terbaru, PNS Bisa Dipecat Karena Kinerja

Hasil penelurusan dan pengumpulan informasi, untuk kebutuhan listrik operasional BOB, sedikitnya menggunakan 5 mesin pembangkit, dan 3 mesin yang dioperasikan menggunakan BBM jenis solar, dan 2 mesin mengunakan gas.

Sedangkan biaya pembelian solar bahan bakar 3 mesin pembangkit itu, sumber di lapangan menyebutkan angkanya berfariasi, mencapai Rp.4 miliar/hari dan terendah Rp.400 juta/ hari.

“Untuk beli solar saja satu hari abis Rp. 400 jt, ada 3 mesin yang pakai solar. Info dari managemen, jika harga minyak dunia di bawah $ 23/ barel, BOB gulung tikar,” kata seorang lelaki yang mengaku bekerja di Power Plan BOB.

Sumber ini menyebutkan, sejak awal bulan ini BOB melalui sub kontraktornya mulai mengurangi tenaga kerja, kondisi itu terpaksa dilakukan karena kondisi keuangan tidak memungkinkan untuk membayar gaji karyawan yang ada, sehingga secara berangsur perusahaan pemompa minyak mentah itu mengurangi karyawan.

Baca Juga:  Syamsuar: Saat ini Zaman Pelayanan, tak Masa lagi Para Pejabat Seperti Bos

Manager BOB Iskandar saat dikonfirmasi membenarkan kalau 3 power plan pembangkit listrik dioperasikan dengan solar, dan kini pihaknya sedang berupaya kembali membeli listrik dari PT. Chevron untuk mengurangi pengeluaran pembelian bahan bakar.

“Persoalan litrik, hanya 2 atau 3 pembangkit yang pakai solar, kini menunggu suplai gas lancar. Apalagi sekarang sudah dibantu dari Chevron,” kata Iskandar.

Iskandar membantah merosotnya keuangan BOB akibat biaya produksi listrik karena beli solar, namun demikian ia tidak bisa menyebutkan berapa biaya yang dikeluarkan BOB untuk membeli bahan bakar guna mengoprasikan power plan itu.

Saat ditanya bagaimana perbandingan biaya yang dikeluarkan saat produksi listrik menggunakan power plan yang dimiliki dibanding dengan biaya beli listrik dengan Chevron, Iskandar mengaku tidak mengetahui secara ditail, dan berkilah masih baru memegang jabatan EA Manager BOB.

Baca Juga:  Waspada, Puncak Musim Kemarau Menghadang di Depan Mata, BMKG: September kondisinya lebih kering

Sama dengan sikap Humas sebelumnya, Iskandar bungkam saat ditanya berapa biaya yang dikeluarkan untuk membangun power Plan itu, Berapa daya listrik yang dihasilkan Powerplan itu?, berapa daya listrik yang dibutuhkan BOB untuk mengoprasikan semua sumur dan Fasilitas BOB, ia juga tidak bisa menyebutkan berapa persentasi efisiensi anggaran selama mengoprasikan power plan itu.

“Permasalahannya pasokan gas dari EMP, yang pasti lebih efisien, kalau tidak mana mungkin disetujui,” kilahnya.

Terkait keterpurukan kondisi BOB dan berdampak pada pengurangan tenaga kerja, Iskandar menyebutkan hal itu faktor penurunan harga minyak dunia, diperhitungkan nilai penjualan produksi tidak sebanding dengan biaya operasional. (alamsyah)

loading...